"Tidak ada seorangpun dari orang terhormat, orang alim atau orang yang
memiliki kelebihan kecuali ia memiliki aib. Namun, di antara manusia ada
yang tidak pantas disebut-sebut aibnya. Barangsiapa yang kelebihannya
lebih banyak daripada kekurangannya, kekurangannya tertutupi oleh
kelebihannya." (Sa’id bin Musayyab sebagaimana dituturkan oleh Malik bin
Anas).
Tak ada gading yang tak retak. Ungkapan ini sangat tepat
untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya bagi manusia. Semuanya
punya aib. Tidak ada yang sempurna. Karena itulah, muncul ruang dan
peluang untuk berbuat dosa. Kondisi ini sangat berbeda dengan keadaan
para malaikat yang selalu tunduk dan taat. "Seandainya seluruh hamba
tidak berbuat dosa sama sekali, tentu Allah akan menciptakan makhluk
lain yang berbuat dosa, kemudian Allah mengampuni mereka. Ia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang," jelas Rasulullah Saw sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Hakim.
Kendati begitu, hal ini bukan berarti
'pemakluman' terhadap dosa dan kesalahan yang diperbuat oleh manusia.
Manusia tetap harus berusaha meninggalkannya dan bertaubat. Hal ini
hanya semata-mata untuk menegaskan bahwa semua manusia memiliki
kekurangan. Kesempurnaan hanyalah milik AllahTa'ala.
"Setiap
manusia pasti bersalah," tutur Rasulullah Saw. "Sebaik-baik yang
bersalah ialah yang bertaubat," lanjut beliau sebagaimana diceritakan
oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad.
Dalam bingkai kebersamaan, 'realita manusiawi' ini harus dipahami oleh setiap orang. Ini penting, agar semua bisa 'memaklumi' dan menerima orang-orang di sekelilingnya dengan apa adanya. Menerimanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tidak adil, jika seseorang mau menerima kelebihan dan kebaikan orang lain, namun tidak mau 'memaklumi' kekurangan dan keburukannya. Kita semua manusia, bukan malaikat. Kita tidak sedang hidup di surga. Kita hidup di dunia yang bergetah. Semua pasti terkena getahnya.
Tak ada seorangpun yang 'ma'shum' selain Rasulullah Saw. Bahkan, jika
dicari hingga ke ujung dunia sekalipun. Yang berbeda ialah kadar
kebaikan dan keburukannya. Ada yang kebaikannya lebih banyak daripada
keburukannya. Ada yang kebaikannya seimbang dengan keburukannya. Ada
pula yang kebaikannya lebih sedikit daripada keburukannya.
Karena
itu, jangan mudah menghujat orang yang punya kesalahan. Setiap kita
bisa bersalah. Bisa jadi ia lebih baik dari kita dan apa yang kita kira.
Jangan-jangan, di luar sana, banyak orang yang lebih buruk darinya.
Akhirnya malah kita berbalik memujinya. Seorang penya’ir bersenandung,
aku hujat Amr karena aibnya, saat aku tinggalkan
aku coba hidup bersama banyak orang, aku menangisinya.
Daripada membeberkan aib orang lain dan menghujatnya, lebih baik
menutupi kesalahan-kesalahannya. Semoga, dengan begitu, Allah Swt
menutupi semua aib kita. "Siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti
Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat," sabda Rasulullah
Saw sebagaimana dituturkan oleh Muslim.
Wallaahu a'lam. [ta]