Rabu, 04 Maret 2020

Tak Ada Gading Yang Tak Retak


"Tidak ada seorangpun dari orang terhormat, orang alim atau orang yang memiliki kelebihan kecuali ia memiliki aib. Namun, di antara manusia ada yang tidak pantas disebut-sebut aibnya. Barangsiapa yang kelebihannya lebih banyak daripada kekurangannya, kekurangannya tertutupi oleh kelebihannya." (Sa’id bin Musayyab sebagaimana dituturkan oleh Malik bin Anas).

Tak ada gading yang tak retak. Ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya bagi manusia. Semuanya punya aib. Tidak ada yang sempurna. Karena itulah, muncul ruang dan peluang untuk berbuat dosa. Kondisi ini sangat berbeda dengan keadaan para malaikat yang selalu tunduk dan taat. "Seandainya seluruh hamba tidak berbuat dosa sama sekali, tentu Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa, kemudian Allah mengampuni mereka. Ia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," jelas Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hakim.

Kendati begitu, hal ini bukan berarti 'pemakluman' terhadap dosa dan kesalahan yang diperbuat oleh manusia. Manusia tetap harus berusaha meninggalkannya dan bertaubat. Hal ini hanya semata-mata untuk menegaskan bahwa semua manusia memiliki kekurangan. Kesempurnaan hanyalah milik AllahTa'ala.

"Setiap manusia pasti bersalah," tutur Rasulullah Saw. "Sebaik-baik yang bersalah ialah yang bertaubat," lanjut beliau sebagaimana diceritakan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad.

Dalam bingkai kebersamaan, 'realita manusiawi' ini harus dipahami oleh setiap orang. Ini penting, agar semua bisa 'memaklumi' dan menerima orang-orang di sekelilingnya dengan apa adanya. Menerimanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tidak adil, jika seseorang mau menerima kelebihan dan kebaikan orang lain, namun tidak mau 'memaklumi' kekurangan dan keburukannya. Kita semua manusia, bukan malaikat. Kita tidak sedang hidup di surga. Kita hidup di dunia yang bergetah. Semua pasti terkena getahnya.

Tak ada seorangpun yang 'ma'shum' selain Rasulullah Saw. Bahkan, jika dicari hingga ke ujung dunia sekalipun. Yang berbeda ialah kadar kebaikan dan keburukannya. Ada yang kebaikannya lebih banyak daripada keburukannya. Ada yang kebaikannya seimbang dengan keburukannya. Ada pula yang kebaikannya lebih sedikit daripada keburukannya.

Karena itu, jangan mudah menghujat orang yang punya kesalahan. Setiap kita bisa bersalah. Bisa jadi ia lebih baik dari kita dan apa yang kita kira. Jangan-jangan, di luar sana, banyak orang yang lebih buruk darinya. Akhirnya malah kita berbalik memujinya. Seorang penya’ir bersenandung,
aku hujat Amr karena aibnya, saat aku tinggalkan
aku coba hidup bersama banyak orang, aku menangisinya.
Daripada membeberkan aib orang lain dan menghujatnya, lebih baik menutupi kesalahan-kesalahannya. Semoga, dengan begitu, Allah Swt menutupi semua aib kita. "Siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat," sabda Rasulullah Saw sebagaimana dituturkan oleh Muslim.

Wallaahu a'lam. [ta]